FPAR Ekstraktif di 7 Provinsi di Indonesia

Isu ekstraktif dan keadilan iklim telah menjadi fokus utama perhatian global dalam beberapa tahun terakhir. Perempuan aktivis memainkan peran penting dalam advokasi untuk keberlanjutan lingkungan dan keadilan sosial. Namun, mereka sering menghadapi tantangan dalam memperoleh keterampilan dan dukungan yang diperlukan untuk menjadi pemimpin dalam perjuangan mereka.

Forum Aktivis Perempuan Muda (FAMM) Indonesia menyadari bahwa isu ekstraktif dan perubahan iklim tidak hanya memiliki dampak ekologis, tetapi juga dampak sosial yang signifikan, terutama bagi kelompok-kelompok marjinal seperti perempuan, komunitas adat, masyarakat minoritas gender, dan lainnya. Untuk merespons tantangan ini, FAMM Indonesia menginisiasi serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memberdayakan dan melindungi kelompok-kelompok tersebut.

Kegiatan dilakukan mulai dari training fasilitator, workshop follow the money serta riset aksi partisipatoris berperspektif feminis (FPAR) bagi aktivis perempuan yang bekerja di isu ekstraktif dan keadilan iklim di 7 lokasi yaitu (Central Java, Lampung, Batam, South Sulawesi, Southeast Sulawesi, East Kalimantan and Maluku). Melalui pendekatan FPAR, para aktivis perempuan dan penggerak komunitas didorong untuk berpartisipasi aktif dalam merancang dan melaksanakan solusi-solusi yang relevan dengan konteks lokal mereka.

Kegiatan yang dilakukan didasarkan pada dua kerangka analisis utama, yaitu analisis kekuasaan dan analisis gender dan seksualitas. Pendekatan ini memungkinkan para peserta untuk memahami dinamika kekuasaan yang mempengaruhi distribusi sumber daya dan keputusan terkait industri ekstraktif dan perubahan iklim. Selain itu, dengan menggunakan lensa gender dan seksualitas, FAMM Indonesia berusaha untuk menyoroti bagaimana isu-isu ini memengaruhi perempuan secara khusus, serta bagaimana perempuan dapat menjadi agen perubahan dalam merespons tantangan tersebut.

Share this post

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.