“Anak Balita saya butuh udara segar, bukan Asap!”

Personal Story Korban Terdampak Karhutla
“Anak Balita saya butuh udara segar, bukan Asap!”
Oleh Herlina Erika & Apriyanti Marwah
 
Harapan ini datang dari seorang aktivis perempuan bernama Herlina Erika. Ia merupakan anggota FAMM-I (Forum Aktivis Perempuan Muda Indonesia) yang tinggal di Kota Jambi. Ia menuturkan ceritanya pagi ini via pesan singkat Whatsapp (24 September 2019).Kota Jambi dan beberapa kabupaten sekitarnya tengah diliput bencana kabut asap akibat perambahan hutan serta pembukaan lahan baru dengan cara dibakar. Bencana serupa sebelumnya pernah terjadi di tahun 2015 silam tetapi ini merupakan yang terparah yang melanda kota Jambi dimana telah terjadi sejak awal bulan agustus 2019.
Masih banyaknya sebaran titik api yang saat ini masih membara dan sulit dipadamkan mengakibatkan semakin pekatnya kabut asap di wilayah kota jambi yang menjadi kota terdampak. Langit Kota Jambi tidak lagi membiru, awan tidak lagi putih semua berubah menguning dan udara pun tidak layak lagi untuk dihirup, bahkan angka pencemaran kualitas udara mencapai angka 1.070an yang merupakan kategori Berbahaya.
“Secara pribadi bencana ini sungguh sudah mengganggu kehidupan dan aktifitas sehari-hari saya, terlebih saya memiliki anak balita yang sangat rentan untuk terserang ISPA. Terlintas rasa sedih, marah dan kecewa terhadap bencana yang terus berulang seperti ini, sungguhlah sangat merugikan dan bahkan mematikan.” Ia menjelaskan.
Harapan Herlina masih sama seperti 4 (empat) tahun lalu saat bencana seperti ini juga terjadi. ia berharap semoga semua pihak yang berpartisipasi atas karhutla ini diberi kesehatan dan diberkahi illahi, sehingga bisa merasakan juga asap hasil kerja mereka dan juga merasakan hukuman yang setimpal dari instansi berwenang. Begitu pula untuk Aparatur Negara yang sempat menyatakan bahwa Kabut Asap ini biasa saja hanya pemberitaan media yang dibesar besarkan, berharapnya mereka bisa wisata asap dikota ini dan jika perlu ajak turut serta keluarga anak cucunya agar bisa merasakan asap yang dianggap biasa ini.
Ia menambahkan “Dan tentunya harapan terbesar saya adalah pemerintah dapat dengan bijak, tegas serta berani memberikan sanksi hukum yang berat dan mencabut izin usaha para pemilik perusahaan yang dengan sengaja membakar lahan untuk kepentingan mereka sehingga ini bisa menjadi bencana terakhir yang terjadi dikota ini dan indonesia tentunya.”
Sebagaimana kita ketahui bahwa  Indonesia sedang dirundung duka. Kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Sumatera dan Kalimantan belakang ini menyorot banyak perhatian semua masyarakat Indonesia dan sebaiknya menjadi prioritas pemerintah untuk ditangani segera.
Editor : Apriyanti Marwah (Program & Knowledge Management FAMM Indonesia)

Share this post

Share on facebook
Share on google
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on print
Share on email

Comments (2)

Leave A Comment

Your Comment
All comments are held for moderation.

Stefiana

November 3, 2019

Selamat malam
Saya stefiana, 22 tahun salah satu mahasiswa di universitas negeri nusa tenggara timur, saya juga seorang aktivis perempuan, saya mau tanya kak, bagaimana cara agar bisa tergabung dalam FAMM. Saya tertarik sekali dengan hal hal yang mengkaji tentang perempuan.

Reply
FAMM Indonesia

FAMM Indonesia

January 17, 2020

Hallo, selamat siang dari Jakarta.
Terimakasih sudah berkomentar dan merespon postingan kami.
Hai Stefiana, kami senang berkenalan dengan mu.
Sebetulnya, menjadi aktivis itu tidak melulu masuk dalam LSM/ NGO, selama kamu melakukan aktivitas menggorganisir di masyarakat atau komunitas kecil lainnya, kamu adalah aktivis.
Untuk bergabung di FAMM, salah satu pintunya harus mengikuti Lokalatih Movement Building Initiative. Untuk mengikutinya, kamu bisa mengirim email ke FAMM Indonesia yaitu famm.indonesia@gmail.com agar kami bisa memberi formulirnya.

Reply